Please use this identifier to cite or link to this item: https://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/777702
Title: Catatan singkat mengenai Prasasti Yupa, Kedukan Bukit dan Tugu
Authors: Edhie Wurjantoro
Conference Name: Pertemuan Ilmiah Arkeologi
Keywords: Batu bersurat
Yupa
Kedukan Bukit
Tugu
Sejarah kuno Indonesia
Conference Date: 1980-02-25
Conference Location: Jakarta, Indonesia
Abstract: Ahli-ahli dalam bidang sejarah kuna Indonesia pada umumnya mengakui bahwa, prasasti merupakan sumber sejarah dalam negeri terpenting bila dibandingkan dengan sumber sejarah dalam dan luar negeri lainnya. Itulah sebabnya mengapa banyak hasil karya mereka dalam bidang sejarah kuna Indonesia menggunakan prasasti sebagai dasar penelitiannya. G. Coedes (1918) misalnya, meneliti prasasti-prasasti dari daerah Sumatra. Ia kemudian berkesimpulan bahwa, Sriwijaya itu sebetulnya nama sebuah kerajaan di Sumatra sekitar abad ke 7 M. Padahal sebelumnya para ahli menganggap Sriwijaya sebagai nama seorang raja. Kemudian J.G. der Casparis (1956) mengadakan studi yang mendalam mengenai prasasti-prasasti dari daerah Jawa Tengah yang berasal dari sekitar abad 7-9 M. Penelitiannya ini memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi penulisan sejarah kuna Indonesia, khususnya sejarah kerajaan Mataram kuna. Sebenarnya masih banyak lagi ahli-ahli lain yang juga meneliti prasasti-prasasti dari daerah Jawa, Bali, Sumatra dan Kalimantan, tetapi tidak akan disebutkan di sini. Karangan ini hanya akan memberikan catatan ringkas atas prasasti yupa, Kedukan Bukit dan Tugu yang juga pernah diteliti oleh para ahli sejarah kuna Indonesia. Prasasti pertama yang akan dikemukakan disini ialah prasasti yupa dari raja Mulawarman, yang berasal dari daerah Kutei, Kalimantan Timur. Dari 7 (tujuh) buah prasasti yang diketemukan ada sebuah yang memuat keterangan tentang hadiah 20.000 ekor sapi (vincatir ggosahasrikam) 1 kepada para brahmana. Keterangan ini umumnya dianggap sebagai suatu fakta sejarah yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Pada hal seandainya kita mengartikan "hadiah 20.000 ekor sapi" ini secara harfiah, maka itu berarti bahwa pada abad ke 5 M usaha peternakan sudah maju. Tetapi yang menjadi persoalan disini ialah: benarkah pada masa itu peternakan sudah sedemikian majunya, sehingga jumlah 20 000 ekor sapi dengan mudah dapat dikumpulkan. Kemudian, ternak sedemikian banyaknya tentu memerlukan makanan. Berapa luas padang rumput yang tersedia untuk menggembalakan sapi sejumlah itu sepanjang tahun.
Pages: 361-370
Call Number: DS621.P47 1980 katsem
Appears in Collections:Seminar Papers/ Proceedings / Kertas Kerja Seminar/ Prosiding

Files in This Item:
There are no files associated with this item.


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.