Please use this identifier to cite or link to this item:
https://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/777699
Title: | Parwa, sastra kuna yang berkembang pada masa pemerintahan Raja Dharmawamsa Teguh |
Authors: | Rochmah B Effendi |
Conference Name: | Pertemuan Ilmiah Arkeologi |
Keywords: | Sastera Jawa Jawa Kuno Kitab Manuskrip |
Conference Date: | 1980-02-25 |
Conference Location: | Jakarta, Indonesia |
Abstract: | Kata parwa atau parvan pada umumnya dikenal sebagai suatu istilah .yang diberikan untuk ke delapan belas bagian kitab Mahabharata. Dari bagian yang pertama sampai bagian yang terakhir kata parwa selalu dibubuhi di belakangnya, misalnya: Adiparwa, Wanaparwa, Sabhaparwa, dan seterusnya. Kata parwa atau parvan itu sendiri berarti : anggota tubuh; bagian atau bab sebuah buku; sedangkan parwa-parwa pada Mahabharata merupakan buku-buku lengkap yang terdiri atas parwa-parwa kecil dan adhyaya-adhyaya (bab-bab kecil) yang lebih kecil lagi. Mahabharata Sansekerta baik yang berasal dari sumber-sumber India Utara, maupun India Selatan ditulis dalam bentuk sloka atau syair yang memiliki metrum tertentu. Mahabharata memiliki 100.000 sloka yang tersebar di dalam ke delapan belas parwa tersebut (A History of Sanskrit Literature, Mac Donell A. A. hal. 241). Dalam Adiparwa disebutkan bahwa pengarang Mahabharata adalah Vyasa atau Byasa (pengatur, perancang), anak Parasara yang juga mengarang kitab-kitab Weda. Vyasa atau Krsna Dvaipayana juga dianggap sebagai cakal-bakal para Pandawa dan Kaurawa. Diceritakan bahwa Vyasa mengajarkan syair-syair Mahabharata pada muridnya, Vaisampayana, yang menceritakan lagi kepada Raja Janamejaya ketika sang Raja menyelenggarakan korban ular sebagai penghormatan pada ayahanda Baginda, Raja Pariksit. Inti cerita Mahabharata adalah pertikaian antara dua keluarga keturunan Bharata, Pandawa dan Kaurawa yang berakhir dengan peperangan besar, Bharatayuddha. Kedua keluarga ini termasuk keluarga Soma yang bercakal bakal Raja Puru. Yang menjadi bahan pertikaian mereka ialah Kerajaan yang beribu kota Hastinapura. Berdasarkan penyelidikan kepurbakalaan, sisa-sisa kota ini masih ditemukan di suatu daerah 57 mil sebelah Timur Laut kota New Delhi, di lembah sungai Gangga (A Classical Dictionary of Hindu Mythology, Dowson J. hal. 184). Pertikaian ini berakhir dengan kemenangan para Pandawa. Mahabharata tidak saja dikenal di India, melainkan juga di negara- negara Asia Tenggara dan Asia Selatan termasuk di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Sejak abad ke 10 Masehi para pujangga Jawa Kuna sudah mengenal cerita-cerita dari Mahabharata. |
Pages: | 347-360 |
Call Number: | DS621.P47 1980 katsem |
Appears in Collections: | Seminar Papers/ Proceedings / Kertas Kerja Seminar/ Prosiding |
Files in This Item:
There are no files associated with this item.
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.