Masyarakat Sunda sebelum Islam

Abstract

Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesyan (Aca 1973) memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai adanya kelompok-kelompok masyarakat kerajaan Sunda sebelum Islam. Kelompok-kelompok itu tidak disebutkan berdasarkan tata jenjang (=hirarki) di dalam sistem birokrasi pemerintahan; pembagiannya didasarkan kepada fungsi yang dimiliki masing-masing kelompok tersebut. Oleh sebab itu, kita jumpai adanya kelompok ekonomi yang kemudian terbagi ke dalam beberapa golongan, kelompok rohani dan cendekiawan, kelompok alat negara, dan sebagainya. Kelompok masyarakat berdasarkan ekonomi ialah pangalasan (= orang utas), juru lukis (=pelukis), pande dang (= pandai tembaga, pembuat perabot dari tembaga), pande mas (= pandai mas), pande glang (=pandai gelang), pande wesi (=pandai besi), guru wida(ng) medu wayang (=pembuat wayang?), kum bang gending (= penabuh gamelan, pembuat gamelan?), tapukan (=penari), banyolan (=pelawak), pahuma (=peladdang), panyadap (=penyadap), panyawah (=penyawah), panyapu (=penyapu), pamanah (=pemanah), pangurang desa calagara (=pemungut pajak di pelabuhan), rare angon (=penggembala), pacelengan (=peternak babi), pakotokan (=peternak ayam), palika (=nelayan, penangkap ikan), pretolom (=penyelam), puhawang (= pawang, pelaut), dan harop catra (juru masak). Kelompok masyarakat yang bertugas sebagai alat negara ialah mantri (=menteri), bayangkara (=penjaga keamanan), pajurit (=prajurit, tentara), pam(a)rang (=pemerang, tentara), nu nangganan (=nama jabatan di bawah mangkubumi)2. Kepala prajurit disebut hulu jurit.