Please use this identifier to cite or link to this item:
https://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/777650
Title: | Perbandingan Yaksa dan Dvarapala dari Padang Lawas dengan arca/relief sejenis di Asia Tenggara |
Authors: | Rumbi Mulia |
Conference Name: | Pertemuan Ilmiah Arkeologi |
Keywords: | Arkeologi Indonesia Arca purba Yaksa Dvarapala Makhluk ghaib |
Conference Date: | 1980-02-25 |
Conference Location: | Jakarta, Indonesia |
Abstract: | Jika kita mengunjungi biaro-biaro di Padang Lawas (Tapanuli Selatan), maka kita akan terkesan oleh persamaan baik dalam gaya maupun bentuk bangunan yang mengingatkan kita akan kesenian yang terdapat di wilayah lain di Asia Tenggara. Bukan arsitekturnya saja akan tetapi arca dan pahatan lainpun menampakkan persamaan yang dapat dibandingkan dengan kesenian di luar kepulauan Indonesia, khususnya di daratan Asia Tenggara. Makara, misalnya, dengan mulut yang ternganga di mana berdiri prajurit berpakaian lengkap, ditemukan juga di Kamboja (Khmer) dan makara di Vietnam (Campa) dari Dong-duong dan Chanh-lo juga dihiasi dengan mahluk manusia dalam mulutnya. Demikian pula singa di Padang Lawas yang ditemukan di biaro Bara, Si Pamutung, dan lain tempat sangat menyerupai singa dari Angkor dan Campa. Lapik dan landasan stambha dari Si Joreng dengan relief manusia yang membawa alat musik, wanita yang sedang menari, dan lain-lain memperlihatkan persamaan yang menarik dengan lapik dari Mi-son E.1 (Campa) dan Trakieu (abad ke-8 M.). Sedangkan altar yang juga digunakan sebagai lapik untuk menempatkan arca yang ada di Campa, ditemukan juga di Si Joreng. Uraian di bawah ini akan membandingkan beberapa arca yaksa dan dvarapala dari Padang Lawas dengan arca yang sejenis yang terdapat di daratan Asia Tenggara, khususnya di antara peninggalan kerajaan Khmer dan Campa (abad ke-7-14). Yaksha (Sanskerta) yang berasal dari India adalah mahluk yang termasuk golongan mahluk gaib yang tinggal di hutan dan dianggap sebagai sumber kehidupan karena pertanian dan perladangan subur berkat perlindungannya. Aspek vegetatif ini menyebabkan yaksa mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat dan timbullah pemujaan setempat yang dilakukan oleh penduduk yang berkepentingan. Dalam pantheon dewa yang kemudian tersusun, yaksa termasuk golongan yang setingkat di bawah dewa-dewa akan tetapi juga menjadi pendamping mereka. |
Pages: | 141-152 |
Call Number: | DS621.P47 1980 katsem |
Appears in Collections: | Seminar Papers/ Proceedings / Kertas Kerja Seminar/ Prosiding |
Files in This Item:
There are no files associated with this item.
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.