Please use this identifier to cite or link to this item: https://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/778041
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorAdi Soekarto-
dc.date.accessioned2025-02-25T03:12:35Z-
dc.date.available2025-02-25T03:12:35Z-
dc.identifier.urihttps://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/778041-
dc.description.abstract"Manusia" adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibedakan dengan yang lain karena ia diberi kecakapan oleh Nya untuk mempelajari dirinya sendiri, sedang yang lain tidak. Para ahli kitab percaya bahwa manusia itu diciptakan dari segumpal tanah, dan kemudian setelah mati ia akan kembali menjadi tanah. Peristiwa ini merupakan suatu proses yang cepat atau lambatnya dipengaruhi oleh banyak hal, ialah jasat-jasat penyusun badan atau sifat-sifat kimiawi tanah tempat badan itu terkubur. Badan manusia tersusun dari bagian yang keras atau rangka dan bagian-bagian yang lunak (kulit, otot, alat-alat dalam, dan otak). Setelah mati maka bagian badan yang lunak itu akan lebih cepat rusak dan menjadi tanah di bawah proses dekomposisi oleh bakteri pembusuk. Tetapi tulang-tulang yang merupakan rangka badan itu akan lebih lama tertinggal. Sifat kimiawi tanah dapat kita bedakan atas dua hal yang penting yaitu: asam (acid) dan basa (alkalis). Tanah yang subur banyak mengandung zat yang bersifat asam, menyuburkan hidupnya bakteri pembusuk atau mikroorganisma lainnya, yang justru menjadi syarat utama jasat-jasat badan itu hancur kembali menjadi tanah, dan tulang-tulangnya tidak terkecuali. Dengan demikian sangatlah sukar buat kita mencari sisa-sisa tulang di tengah hutan rimba, karena tanah di situ berbentuk humus, dan pasti semua organisma yang terkubur sudah hancur seluruhnya. Sebaliknya tanah yang bersifat alkalis akan mengganggu hidupnya bakteri pembusuk sehingga jasat-jasat yang terkubur tidak cepat membusu atau hancur menjadi tanah, apalagi tulangnya. Tulang ini akan terawetkan bahkan kemudian mengalami proses mineralisasi dan zat-zat organik di dalam tulang ditukar dengan unsur-unsur anorganik dari tanah, sehingga tulang itu akhirnya menjadi fosil. Tulang-tulang tersebut merupakan bukti bahwa hewan atau manusia pernah hidup di dunia, dan dengan mengetahui pertanggalan absolut atau relatifnya maka kita dapat memperkirakan kapan manusia atau sejak kapan manusia itu hidup di dunia ini.en_US
dc.language.isoinden_US
dc.subjectArkeologi Indonesiaen_US
dc.subjectPaleopatologien_US
dc.subjectRangka manusiaen_US
dc.titleDiagnosa dan interpretasi paleopathologik dalam studi rangka arkeologis di Indonesiaen_US
dc.typeSeminar Papersen_US
dc.format.pages511-519en_US
dc.identifier.callnoDS621.P47 1980 katsemen_US
dc.contributor.conferencenamePertemuan Ilmiah Arkeologi-
dc.coverage.conferencelocationJakarta, Indonesia-
dc.date.conferencedate1980-02-25-
Appears in Collections:Seminar Papers/ Proceedings / Kertas Kerja Seminar/ Prosiding

Files in This Item:
There are no files associated with this item.


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.