Please use this identifier to cite or link to this item: https://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/772388
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorSoijah Likin-
dc.date.accessioned2024-01-17T06:45:59Z-
dc.date.available2024-01-17T06:45:59Z-
dc.identifier.urihttps://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/772388-
dc.description.abstractKeadaan sosioekonomi Malaysia setelah merdeka ibarat membina rumah tetapi modal yang dimiliki hanya sebidang tanah. Ketika itu banyak yang dipelajari dari Indonesia seperti latihan sumber manusia - menghantar pelajar ke IPT di Indonesia, mengambil guru sains mengajar di sekolah dan IPT, mencontohi penubuhan PERTAMINA. Indonesia anggap dirinya abang kepada Malaysia dan beranggapan telah mencurah budi yang besar sehingga Malaysia jadi seperti sekarang. Hal tersebut sering diulang walaupun hakikatnya berbagai faktor lain menyumbang kepesatan dan kemajuan Malaysia hari ini. Kemajuan dan kepesatan ekonomi ini tetap dikongsi bersama Indonesia dengan memberi peluang pekerjaan kepada dua juta pekerja Indonesia di Malaysia dan jadi rakan kongsi perniagaan yang menguntungkan Indonesia [misalnya sebanyak 20 bilion pada 2007]. Setiap bencana menimpa Indonesia sering dibantu oleh Malaysia sebaik mungkin. Hakikatnya kebaikan yang diberi sering disembunyikan tetapi hal-hal yang kecil diperbesarkan oleh media di Indonesia sehingga mempengaruhi emosi massa. Keadaan ini semakin parah apabila muncul media alternatif. Kecanggihan teknologi memberi ruang kepada rakyat kedua negara berinteraksi dan mempertahankan hujah masing-masing. Proses interaksi di alam maya sepatutnya mempereratkan hubungan kedua negara namun menuju kepada konflik jika dibiar dan menyebabkan pelbagai masalah serta sentiment yang sukar diselesaikan. Hal ini jelas terlihat dalam konflik pekerja lndonesia-majikan, seni dan budaya. Massa bereaksi melebihi kawarasan - demonstrasi, membakar bendera, kata-kata provokasi dan sebagainya. Kini setelah 50 tahun merdeka walaupun massa di Malaysia kurang bertindakbalas tetapi secara tersembunyi ia terjadi seperti merasa keberadaan pekerja Indonesia di Malaysia selalu dipandang negatif berbanding pekerja asing dari negara lain dalam konflik peperangan maya.en_US
dc.language.isomayen_US
dc.publisherPersatuan Sains Sosial Malaysiaen_US
dc.subjectHubungan dua halaen_US
dc.subjectKonfliken_US
dc.title50 tahun kemerdekaan : implikasi - konflik maya Indonesia - Malaysiaen_US
dc.typeSeminar Papersen_US
dc.format.pages79en_US
dc.identifier.callnoLA1236.I554 2008 semen_US
dc.contributor.conferencenameThe 6th International Malaysian Studies Conference-
dc.coverage.conferencelocationKuching, Sarawak-
dc.date.conferencedate2008-08-05-
Appears in Collections:Seminar Papers/ Proceedings / Kertas Kerja Seminar/ Prosiding

Files in This Item:
There are no files associated with this item.


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.