Please use this identifier to cite or link to this item: https://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/497482
Title: Kemunduran dalam kalangan nelayan pesisiran pantai, Kota Makassar
Authors: Sudarmono (P53483)
Supervisor: Prof. Madya Junaenah Sulehan
Keywords: Perikanan domestik
Kemunduran
Nelayan persisiran pantai
Punggawa
Poverty-Indonesia-Makasar
Issue Date: 24-Jul-2014
Description: Integrasi sektor perikanan domestik dalam jaringan dan pola kapitalisme global yang merangkumi penggunaan jentera penangkapan moden bagi perikanan berskala kecil telah mengukuhkan pengawalan modal oleh kelas kapitalis terhadap sektor perikanan kecil. Akibatnya, ketidakseimbangan dan ketidaksamaan sosial dalam komuniti nelayan menjadi semakin ketara. Bersandarkan fenomena tersebut, penyelidikan ini bertujuan mengkaji isu kemunduran yang terus berlaku dalam kalangan nelayan pesisiran pantai di Kota Makassar. Objektif penyelidikan ini ialah meneliti pola penguasaan dalam proses pengeluaran perikanan serta dampaknya terhadap perbezaan sosio-ekonomi dalam kalangan nelayan, dan menganalisis dampak penguasaan pengeluaran terhadap transformasi sosial nelayan di pesisiran pantai Kota Makassar. Bagi mendapatkan maklumat, kajian telah dilakukan dengan melibatkan 155 orang responden yang dikenal pasti dengan menggunakan metod sampel rawak berstrata. Selain itu, temu bual secara mendalam juga telah dilakukan ke atas informaninforman utama berdasarkan peranan autoriti dan kepenglibatan mereka dalam aktiviti pengeluaran ekonomi perikanan di Kota Makassar. Penemuan kajian ini mendapati bahawa pola penguasaan dalam aktiviti pengeluaran perikanan umumnya telah ditentukan oleh kelas punggawa sebagai patron. Punggawa mengarahkan pengeluaran berasaskan kepada kapasiti permodalan dan pemilikan jentera penangkapan. Mereka memanfaatkan permodalannya, sama ada kewangan mahupun jentera penangkapan bagi mendapatkan keuntungan berlebihan. Punggawa boleh menentukan metod bekalan kredit kepada kliennya dan rangkaian pemasaran komoditi. Seterusnya, kajian ini juga berjaya mendapati bahawa transformasi sosial dalam kalangan nelayan akibat penguasaan modal oleh segelintir elit usahawan dan punggawa sebagai pemilik modal. Fenomena ini dicirikan oleh kemunculan mobiliti sosial dan penguatan jaringan sosial dalam kalangan nelayan. Bagaimana pun, komuniti nelayan telah mengalami polarisasi sosial. Hubungan patron-klien yang mengikat mereka telah menjadikan kelompok patron wujud sebagai elit dalam komuniti nelayan, manakala klien (nelayan) mengalami involusi sosial, iaitu terus terjerumus ke dalam lingkaran kemunduran dan juga kemiskinan. Persekitaran kota dan budaya yang mengalami perubahan serta pengukuhan ikatan kapitalisme ke dalam komuniti perikanan tradisional telah mendedahkan komuniti miskin kepada ciri-ciri keadaan kehidupan sosio-ekonomi yang masih mundur kendati pun Kota Makassar terus tumbuh dengan pesat.,The integration of domestic fishing sector into the global capitalist network, which includes the usage of advance technology in fish harvesting for small scale fishery, had strengthened the control of capitalist class towards small scale fishing industries. Consequently, this had led to obvious disparity and social inequality among the fisher folks. This research intends to study the issues of underdevelopment in the fishing communities living on the coastal zones of Kota Makassar. The objectives of this research are to examine the power relations and control patterns in the fishing production processes and the impact on the socioeconomic inequality among fishermen, and to analyze the production processes that impacted on social transformation of fishermen along the coastal zones of Kota Makassar. To obtain empirical evidences, a survey was conducted involving 155 respondents using stratified random sampling method. In addition to triangulate the survey data, in-depth interviews were also carried out on key informants based on their pertinent role and their involvement in the fishing production. The findings in this study indicate that power relation pattern manifested in the form of capital control in fishing production is largely determined by punggawa, the patron class. Punggawa influenced and direct production based on the capital and fishing machinery ownership. Punggawa can determine credit disbursements to the clients and the marketing networks. The findings also show that social transformation in the fishing communities is the result of capital control by few elite entrepreneurs where the punggawa own most of the capital. The emergence of limited social mobility and the strengthening of social networks in the fishing communities further characterize this unequal relationship. However social polarization is inevitable. Patron-client relationship that becomes the underlying foundation of the social relation led to the existence of two major social classes in the fishing production; the elite (punggawa) and the client (waged laborers in the fishing production). The latter experienced social involution and continuously entrapped into the circle of underdevelopment and even poverty. The urban and changing cultural landscape and the strengthening of capitalism into traditional fishing community have led to underdevelopment at the fringe of the fishing community.,Ph.D
Pages: 277
Call Number: HC450.P6S836 2014
Publisher: UKM, Bangi
Appears in Collections:Faculty of Social Sciences and Humanities / Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
ukmvital_81045+SOURCE1+SOURCE1.0.PDF
  Restricted Access
4.9 MBAdobe PDFThumbnail
View/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.