Beberapa masalah tentang sejarah kuno Asia Tenggara

Abstract

Timbulnya penelitian Sejarah kuna Asia Tenggara, sejajar dengan tumbuhnya kolonisasi Barat di wilayah ini. Oleh karena itu penelitian-penelitiannya mula-mula pun dilakukan oleh orang-orang Barat. Di Indonesia, studi mengenai Indonesia oleh orang-orang Barat telah dimulai sejak pertengahan kedua abad 18, yang ditandai dengan berdirinya "Bataaviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen" pada tahun 1778. Waktu pemerintahan Inggris (1811 - 1816), yang menjadi ketua Direksi ialah Letnan Gubernur Jendral Sir Stamford Raffles. Perhatiannya dan pengetahuannya tentang sejarah dan ilmu arkeologi pulau Jawa telah umum dikenal orang dan masih hidup terus dalam kenang-kenangan. Di Burma, di mana Inggris pada tahun 1824 mulai meluaskan ke kuasaannya, penelitian sejarah kunonya dimulai dengan terbitnya laporan-laporan dari John Crawfurd dan Sir Henry Yule, keduanya mendapat tugas di daerah Ava. Laporan John Grawfurd terbit dalam tahun 1829, sedangkan laporan Sir Henry Yule terbit dalam tahun 1858. Di samping itu juga terbit karangan Sir Arthur Phayre "History of Burma" dalam tahun 1833, yang memuat bagian kuno dari sejarah Burma. Di Kamboja, penelitian sejarah kunonya dimulai oleh Henry Mouhet, yang menaruh perhatian akan peninggalan-peninggalan purbakala di Angkor dalam tahun 1862. Disusul dengan terbitnya laporan perjalanan Doudart de Lagree dan Francis Garnier dalam tahun 1871. Di Champa atau Cochin China, dimulai dengan terbitnya tulisan C.L. de Bazancourt pada tahun 1861, yang kemudian disusul pula dengan terbitnya laporan perjalanan explorasi dari Francis Garnier tahun 1873. Perjalanannya itu sendiri dilakukan dalam tahun 1866 sampai 1868.