Candi Sari (Sorogedug) suatu tinjauan arsitektur

Abstract

Kalau kita merunut kembali tentang kata 'candi', suatu penamaan terhadap bangunan lama dengan konstruksi susunan batu, kata tersebut ada hubungannya dengan 'candika-grha' atau 'candi grha' yaitu berarti rumah (kuil) untuk Dewi Candika' (Krom 1923 I: 142-143; Krom 1943: 65). Dari penyebutan yang khusus tersebut pada perkembangan selanjutnya khususnya bagi masyarakat Jawa - pengertian tentang candi berlaku juga untuk semua peninggalan kuna dari bahan batu meskipun berbeda seni bangunnya. Tentang perkembangan bentuk candi yang kita kenal sekarang ini Stutterheim menjelaskan bahwa prototipe candi adalah perpaduan antara stupa India kuna dan penerimaan zigurat Babylonia. Kombinasi ini berkembang ketiga arah dan mengambil bentuk sebagai berikut. Pelebaran dan penambahan susunan dari pelandasannya menjadi limas berundak-undak sehingga stupanya menjadi lebih kecil dalam perbandingan keduanya, sebagai contoh candi Borobudur. Kemudian limasnya ditarik ke atas sehingga bangunannya seperti menara dengan stupanya sebagai kemuncak, dasar stupanya diberi relung yang kemudian berkembang menjadi kamar-kamar dengan akibat bahwa dindingnya menjadi lebih tinggi (Stutterheim 1931: 1-15). Perkembangan terakhir inilah yang kemudian merupakan bentuk candi di Jawa.