Please use this identifier to cite or link to this item: https://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/497472
Title: Industri perikanan laut di Bagan Siapi Api 1871-1998
Authors: Azmi Fitrisia (P43285)
Supervisor: Nordin Hussin, Prof. Dr.
Keywords: Industri perikanan laut
Fish trade - Indonesia
Issue Date: 25-Mar-2014
Description: Penyelidikan ini bertujuan mengkaji sejarah industri perikanan laut di Bagan Siapi Api yang terletak di pantai timur Sumatera dari tahun 1871 hingga 1998. Sejak akhir abad ke-19, Bagan Siapi Api telah muncul sebagai sebuah pusat pengeluaran ikan terpenting di Hindia Belanda (Indonesia). Semasa pemerintahan Belanda, Bagan Siapi Api adalah tunjang kepada industri perikanan Indonesia. Jaringan pemasaran dan perdagangan ikan di Bagan Siapi Api meliputi Semenanjung Tanah Melayu, Singapura, Thailand, China dan Arab Saudi. Oleh itu, permasalahan pokok dalam kajian ini adalah untuk merungkai kemajuan, kemunduran dan impak daripada industri perikanan Bagan Siapi Api. Pertama, objektif kajian ini menjelaskan dengan terperinci faktor-faktor yang menyokong kemajuan dan sebab kemunduran serta impak industri perikanan di Bagan Siapi Api semasa kolonial dan pasca kolonial. Kedua, penyelidikan ini juga bertujuan menganalisa secara empirikal kepentingan industri perikanan Bagan Siapi Api dan hubung kaitnya dengan persoalan alam sekitar dan juga kepentingan ekonominya kepada wilayah ini. Kajian ini adalah berdasarkan kepada penggunaan sumber primer dan sekunder. Sumber primer seperti dokumen kolonial dan manuskrip diperoleh dari pelbagai arkib dan perpustakaan di Indonesia dan juga Malaysia. Hasil kajian ini memperlihatkan bahawa kemajuan perikanan Bagan Siapi Api disebabkan oleh kedudukan geografinya dan juga faktor alam sekitarnya. Bagan Siapi Api yang terletak dalam Pentas Sunda amat kaya dengan sumber hidupan plankton yang merupakan makanan utama ikan. Keduanya prasarana industri perikanan yang dibina semasa zaman kolonial Belanda dengan membawa masuk pelabur asing terutamanya pendatang China sebagai pemodal dan tenaga kerja dalam industri perikanan telah meningkatkan lagi kemajuannya. Di samping itu, pemerintah Belanda juga telah menggubal undang-undang perikanan laut, membina kemudahan serta prasarana seperti pelabuhan dan memajukan sistem perkapalan dan pengeksportan hasil laut. Namun, eksploitasi yang keterlaluan terhadap alam sekitar terutamanya hutan bakau dan hutan hujan tropika telah menyebabkan kesan yang amat buruk kepada industri perikanan. Eksploitasi yang keterlaluan ini telah membawa impak yang besar terhadap ekosistem alam sekitar yang berkaitan dengan kehidupan laut dan memberi kesan yang mendalam kepada industri perikanan di Bagan Siapi Api pada jangka masa yang panjang. Dengan berakhirnya penjajahan Belanda, pemerintah Indonesia yang baru telah memperbaiki keadaan ini namun pengeluaran ikan dari Bagan Siapi Api masih lagi di tahap rendah. Keadaan ini hanya mula berubah pada era pemerintahan Soekarno dan dasar-dasar baru terhadap industri perikanan yang dibawa semasa zaman selepasnya. Tetapi, kejayaan perikanan pantai Bagan Siapi Api tidak balik semula. Hasil kajian ini memberikan sumbangan yang besar kepada kefahaman tentang pembangunan industri perikanan di Bagan Siapi Api yang amat sensitif, dan bagaimana keterikatannya dengan hutan bakau dan ekosistem alam sekitar dan juga hubungannya dengan wilayah-wilayah yang terletak di Selat Melaka khasnya, di samping memperkayakan lagi historiografi Indonesia-Malaysia amnya.,This research aims to explore the history of fishing industry in Bagan Siapi Api, located in the east coast of Sumatra from 1871 to 1998. Since the end of the 19th century, Bagan Siapi Api has emerged as an important fish production center in Indonesia. During the Dutch rule, Bagan Siapi Api was the cornerstone of the fishing industry in Hindia Belanda (Indonesia). The marketing network and fish trading in Bagan Siapi Api includes the Malay Peninsula, Singapore, Thailand, China and Saudi Arabia. Therefore, the main research problem is to assess the progress, setbacks and impact of Bagan Siapi Api fishing industry. Firstly, the objective of this study is to describe in detail the factors that promote growth and development of the fishing industry in Bagan Siapi Api during the colonial and postcolonial era. Secondly, the research aims to analyse the importance of the fishing industry in Bagan Siapi Api and its relationship with environmental issues and economic importance to the region. This study is based on the use of primary and secondary sources. The primary sources, such as colonial documents and manuscripts are obtained from various archives and libraries in Indonesia and Malaysia. These findings suggest that the development of fisheries in Bagan Siapi Api is due to geographical and environmental factors. Bagan Siapi Api, which is located in the Sunda shelf, is exceptionally rich in plankton. The Dutch developed both the fishing industry and infrastructure during the colonial era by bringing in foreign investors, particularly Chinese immigrants as capitalists and workers in the fishing industry. The Dutch colonial government has also enacted a law on deep-sea fishing, provided facilities and improved infrastructure such as ports and shipping systems for the export of marine products. In addition, excessive exploitation of the environment, especially the mangrove and tropical rain forests have caused a detrimental effect on the fishing industry, in particularly on the environmental ecosystem of marine life. This had a profound impact on the fishing industry in Bagan Siapi Api in the long run. The goverment of past colonial Indonesia has been trying to improve this situation, but the production of fish from Bagan Siapi Api was still low. This situation only began to change during the Sukarno era, because of the introduction of new policies on the fishing industry. But, success of the coastal fisheries of Bagan Siapi Api is not back. The findings of this study will contribute significantly to the understanding of the development of the fishing industry in Bagan Siapi Api, mainly in understanding the highly sensitive environmental ecosystem and association with mangroves and the environmental ecosystem. This includes the relationship with the territories in the Straits of Malacca in particular, as well as enrich the historiography of Indonesia-Malaysia in the general.,PhD
Pages: 387
Call Number: HD9466.I52A995 2014 tesis
Publisher: UKM, Bangi
Appears in Collections:Faculty of Social Sciences and Humanities / Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
ukmvital_80167+SOURCE1+SOURCE1.0.PDF
  Restricted Access
8.15 MBAdobe PDFThumbnail
View/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.