Please use this identifier to cite or link to this item: https://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/497458
Title: Dinamika politik ulama dayah di Aceh Indonesia
Authors: Muntasir bin Abdul Kadir (P53759)
Supervisor: Ahmad Nidzammuddin Sulaiman, Prof. (Madya). Dr.
Keywords: Politik ulama dayah
Muslim scholars - Indonesia
Issue Date: 7-Sep-2014
Description: Kajian ini merupakan penyelidikan sosial politik yang mendalam mengenai peranan politik ulama dayah dalam pembangunan politik di Aceh, Indonesia. Ianya terdiri daripada tiga permasalahan kajian. Pertama, apakah media yang digunakan oleh ulama dayah untuk melakukan peranan politiknya. Kedua, apakah isu-isu politik yang direspon oleh ulama dayah Aceh era pasca reformasi. Ketiga, bagaimana dinamika peranan politik ulama dayah dalam merespon isu-isu tersebut. Adapun yang menjadi objektif dari kajian ini adalah untuk menghuraikan dan menganalisis media apa yang digunakan oleh ulama dayah untuk melakukan peranan politik, isu-isu politik yang berkembang di Aceh pada masa pasca reformasi dan bagaimana dinamika politik ulama dayah dalam merespons isu-isu politik tersebut. Kajian ini dihadkan pada masa selepas reformasi pada tahun 1998 sehingga tahun 2012. Pendekatan yang digunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi berpartisipan, temubual (dengan beberapa ulama senior dan juga tokoh politisi, birokrasi dan akademisi) dan studi terhadap pelbagai dokumen yang berkaitan dengan kajian ini. Penyelidikan ini menyumbangkan rumusan bahawa instrumen politik yang digunakan oleh ulama dayah dalam partisipasi politik mereka adalah organisasi ulama (organisasi HUDA, RTA, MUNA, Ishafuddin, PERTI, YADARA dan NU), lembaga pendidikan (dayah, balai pengajian, majlis taklim dan perguruan tinggi), parti politik, mimbar ceramah, tarekat, media massa dan prosesi adat. Sementara isu-isu politik yang besar yang terjadi dalam rentang waktu kajian dan direspon oleh ulama dayah adalah penyelesaian konflik politik antara pemerintah Republik Indonesia dengan GAM, tuntutan referendum, wacana pelaksanaan Kongres Rakyat Aceh (KRA), penerapan syariat Islam dalam bingkai otonomi khusus, rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca tsunami dan pilihan raya. Melalui kajian tentang peranan politik ulama terhadap isu-isu tersebut menghasilkan temuan kajian bahawa dinamika peranan politik ulama dayah sangat aktif dan signifikan pada pergerakan awal misi setiap isu, namun melemah manakala gerakannya memasuki tahap penyelesaian isu tersebut dan hampir menghilang manakala penyelesaian isu tersebut mamasuki tahap akhir yang berorientasi kepada hasil. Sebagai rumusan daripada temuan tersebut adalah peranan politik ulama dayah dalam merespon pelbagai isu politik di Aceh dapat diilustrasikan bagaikan piramid terbalik yang besar dan kuat pada awal pergerakan, namun mengecil dan melemah pada hujungnya. Dari keseluruhan temuan kajian ini, sebagai sumbangan teoritik dapat disimpulkan bahawa partisipasi politik yang dilakukan oleh ulama dayah menggunakan pendekatan zuhud political participation dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan atau ideologi politik tertentu. Hal inilah yang menyebabkan para ulama dayah sentiasa memiliki pengaruh signifikan yang tidak terlihat dalam kehidupan masyarakat Aceh.,This study is a socio-political research that investigates in depth the political role of the dayah ulemas (the scholars of traditional Islamic boarding schools) in the political arena in Aceh, Indonesia. It comprises three main research problems. First, what were the media used by the dayah ulemas in order to play their political roles? Second, what were the political issues addressed by the dayah ulemas in the post-reformation era? Third, how is the dynamics of the political role of the dayah ulemas in responding these issues? As for the objective of this study is to describe and analyze what media is used by dayah ulemas to perform the role of politics, political issues that develop in Aceh in the post reform and how the political dynamics in response to political issues. The study that only explores the political issues starting from the postreformation era, 1998 until 2012, used the descriptive quantitative technique, where the data collection was done through the participative observation; interview (with the senior dayah ulemas and politician figures), bureaucrats, and academicians; and library research on the relevant documents to the study. This study provides new insights into the political instruments used by the dayah ulemas in their political participation through their organization (HUDA, RTA, MUNA, Ishafuddin, PERTI, YADARA and NU), educational institutions (traditional Islamic boarding schools, recitation halls, Islamic teaching evenues and higher learning institutions), political parties, forum for Islamic speeches, congregation, mass media and traditional procession. During the study period, the major political issues and movements that took place during the study period which were responded by the dayah ulemas were the resolution of political conflicts between the government of Indonesia and GAM, the call for referendum, the discourse of the conduct of the Aceh People's Congress (KRA), the implementation of Islamic law within the framework of special autonomy, the post-tsunami rehabilitation and reconstruction process, and the issue of general election. The study documents that the dynamics of political role of the ulemas in Aceh from 1998 to 2012 was very active and strong particularly at the initial emergence of the political issues and movements, but weakened when the issues and movements entered the stage of completion and almost disappeared when the settlement of the issues entered the final stage which is oriented to results. This indicates that the political role of the dayah ulemas in response to the various political issues in Aceh can be illustrated like an-inverted pyramid which is stronger and more powerful at the initial emergence the political issues and movements, but become weaker in the middle and almost disappeared in the end of the political movements in Aceh. From overall findings, it can be concluded that the political participation of the dayah ulemas is based on the zuhud (ascetic) political participation which are not influenced by any interest and ideology of political parties. Due to their independence to the political parties, the dayah ulemas have actually played unseen significant role within the society in Aceh.,PhD
Pages: 323
Call Number: BP173.6.A2349 2014 tesis
Publisher: UKM, Bangi
Appears in Collections:Faculty of Social Sciences and Humanities / Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
ukmvital_79953+SOURCE1+SOURCE1.0.PDF
  Restricted Access
4.18 MBAdobe PDFThumbnail
View/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.