Please use this identifier to cite or link to this item: https://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/497425
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorKamaruddin M. Said, Prof. Dr.
dc.contributor.authorSaifuddin M. Yunus (P51466)
dc.date.accessioned2023-10-13T08:03:06Z-
dc.date.available2023-10-13T08:03:06Z-
dc.date.issued2013-03-06
dc.identifier.otherukmvital:74995
dc.identifier.urihttps://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/497425-
dc.descriptionKajian ini bertujuan untuk mengkaji interaksi sosial dalam institusi pendidikan era perang dan damai di Aceh, Indonesia. Kajian ini telah dilakukan di Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam kajian ini ialah metod kualitatif. Temubual mendalam telah dijalankan dengan informan yang terdiri daripada pemimpin politik Aceh termasuk mantan pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM), pemimpin angkatan tentera dan polis Republik Indonesia, ketua-ketua Jabatan Pendidikan, ibu bapa pelajar, guru-guru, dan para pelajar. Perang yang terjadi di Aceh selama 30 tahun telah menggugat kestabilan institusi-institusi sosial. Institusi pendidikan merupakan salah satu daripada institusi yang terkena impak negatif peperangan tersebut. Integrasi sosial yang tertekan akibat peperangan dalam tempoh masa lama telah mengakibatkan terganggunya interaksi dalam kalangan ibu bapa pelajar, guru-guru dan para pelajar. Dalam zaman perang interaksi sosial dalam institusi pendidikan dipengaruhi oleh situasi anomik, altruistik dan fatalistik. Kebencian, syak-wasangka, dendam dan sebagainya adalah teras kepada sikap yang mempengaruhi interaksi sosial di sekolah. Setelah perjanjian damai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ditandatangani pada 15 Ogos 2005, di Helsinki, interaksi sosial dalam kalangan masyarakat Aceh telah mengalami perubahan. Apabila tamatnya perang, individu dalam masyarakat dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik. Perdamaian telah memberikan sumbangan positif dan menjadi faktor utama dalam mengubah pola interaksi dalam institusi pendidikan di Aceh. Ibu bapa murid, guru-guru dan para pelajar mulai berinteraksi tanpa perasaan takut-takut dan syak-wasangka. Perasaan dendam semakin berkurangan dalam kalangan mereka. Dalam zaman damai, kepercayaan masyarakat terhadap GAM mulai menurun, terutama setelah melihat prestasi kerja bekas pejuang GAM di parlimen dan di pemerintahan yang kurang memuaskan dalam tempoh satu penggal mereka berkuasa, sejak tahun 2006. Damai bererti situasi yang kacau bilau seperti dalam zaman perang telah berakhir. Maka situasi yang anomik, fatalistik dan altruistik pun mulai berkurangan dengan pantas. Pada zaman ini, individu yang berinteraksi mulai mengambil berat norma dan nilai ideal dalam masyarakat serta mempertimbangkan aspek keuntungan dari setiap interaksi yang dilakukan oleh mereka. Dengan wujudnya perdamaian, institusi pendidikan telah dapat kembali memainkan peranan hakikinya mendidik dan membimbing genenerasi muda Aceh.,PhD
dc.language.isomay
dc.publisherUKM, Bangi
dc.relationFaculty of Social Sciences and Humanities / Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan
dc.rightsUKM
dc.subjectInteraksi Sosial Dalam Institusi Pendidikan
dc.subjectInteraksi Sosial Dalam Institusi Pendidikan Era Perang
dc.subjectInteraksi Sosial Dalam Institusi Pendidikan Era Damai
dc.subjectSosial Dalam Institusi Pendidikan Era Perang Dan Damai Di Aceh
dc.subjectSocial interaction--Indonesia--Java
dc.titleInteraksi Sosial Dalam Institusi Pendidikan Era Perang Dan Damai Di Aceh
dc.typeTheses
dc.format.pages332
dc.identifier.callnoHM1111 .S238 2013
dc.identifier.barcode000252
Appears in Collections:Faculty of Social Sciences and Humanities / Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
ukmvital_74995+Source01+Source010.PDF
  Restricted Access
2.71 MBAdobe PDFThumbnail
View/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.