Please use this identifier to cite or link to this item:
https://ptsldigital.ukm.my/jspui/handle/123456789/519552
Title: | Pendidikan percuma di provinsi Sulawesi Selatan : faktor dan proses penggubalan dasar serta kesan dan cabaran pelaksanaannya |
Authors: | Khaerunnisa Aliah (P54745) |
Supervisor: | Pusat Pengurusan Siswazah |
Keywords: | Pendidikan percuma Education - Indonesia |
Issue Date: | 27-Mar-2013 |
Description: | Dasar pendidikan percuma di Sulawesi Selatan, Indonesia dimulakan pada tahun 2008 oleh Gabenur Syahril Yasin Limpo apabila beliau memenangi pilihan raya provinsi itu. Dengan menggunakan perspektif sosiologi pendidikan dan pembangunan, kajian ini cuba menghuraikan tiga objektif iaitu (i) faktor-faktor dan proses penggubalan dasar pendidikan percuma oleh pemerintah Sulawesi Selatan; (ii) mengenal pasti cabaran-cabaran yang dihadapinya untuk menjayakan dasar pendidikan percuma; dan (iii) menganalisis impak pelaksanaan dasar ini ke atas pelajar, ibu bapa dan guru. Teori pokok yang digunakan ialah teori dasar awam berkaitan penggubalan, pelaksanaan dan penilaian dasar.Kedua–dua pendekatan kuantitatif dan kualitatif digunakan sebagai kaedah kajian.Kajian ini memilih tiga buah sekolah dari tiga kabupaten/kota iaitu SMP 1 Sungguminasa di Kabupaten Gowa, SMP 7 Makassar di Kota Makassar, dan SMP 2 Maros di Kabupaten Maros untuk kajian kes. Data primer diperolehi melalui soal selidik terhadap 135 pelajar dan 135 ibu bapa yang diambil dari ketiga-tiga sekolah tersebut; temu bual mendalam terhadap 18 informan utama pada peringkat Provinsi, Kabupaten dan sekolah; serta pemerhatian dalam bilik darjah. Data sekunder diperolehi melalui penelitian terhadap dokumen dasar serta undang-undang dan peraturan mengenai pendidikan; dokumen kewangan; dan tinjauan literatur berupa teori dan konsep pendidikan dan pembangunan serta kajian-kajian lepas mengenai dasar pendidikan dan pelaksanaannya khususnya di Indonesia. Kajian ini mendapati bahawa dasar pendidikan percuma diajukan oleh Gabenur Sulawesi Selatan dengan melihat keadaan nyata yang ada dalam masyarakat di mana masih ramai anak-anak yang berusia 7-12 tahun yang tidak dapat mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar Sembilan Tahun, dan ini disebabkan oleh faktor ekonomi dan keterbatasan kos operasional sekolah. Dasar ini dilaksanakan dengan harapan ia dapat mengurangi kadar keciciran dan berjayanya Dasar Pendidikan Wajib Sekolah Sembilan Tahun melalui komitmen pemerintah serta partisipasi dan kerjasama semua stakeholder dalam masyarakat. Walau bagaimanapun, kajian ini mendapati banyaknya cabaran dalam pelaksaaan dasar pendidikan percuma khususnya menyangkut masalah biaya di peringkat kabupaten dan kota di mana pemerintah Provinsi mengalokasikan dananya 40% dan 60% harus datang dari pemerintah Kabupaten/kota; ada kabupaten yang tidak dapat melaksanakan kerjasama biaya sepenuhnya disebabkan beberapa faktor yang berasal dari kabupaten tersebut. Selain itu, pelaksanaan dasar pendidikan percuma juga menghadapi cabaran data base mengenai bilangan murid dan guru yang tidak lengkap dan tepat; data base ini penting untuk memastikan alokasi biaya adalah menurut angka yang sebenar di tingkat sekolah. Selain itu, sosialisasi yakni pemahaman mengenai pendidikan percuma belum menyeluruh menyentuh semua stakeholder pendidikan sehingga masih ada banyak pihak yang belum memahami dasar ini. Dari segi kesannya ke atas murid, ibu bapa dan guru, kajian ini mendapati dengan adanya dasar pendidikan percuma kadar keciciran murid dan beban orang tua berkurang, manakala prestasi belajar siswa semakin meningkat. Kajian ini merupakan satu sumbangan penting terhadap korpus ilmu mengenai pendidikan dan pembangunan sosial di negara yang sedang membangun khususnya mengenai peranan dasar awam dalam bidang pendidikan dasar untuk meningkatkan sumber daya manusia. Selain itu, ia juga berguna bagi memberi input kepada pemerintah yang menggubal pelbagai dasar lain di bidang pendidikan baik di peringkat rendah mahupun peringkat tinggi.,Free education policy in South Sulawesi, Indonesia started in 2008 by the Governor Syahrul Yasin Limpo when he won the provincial election. By utilizing the perspective of sociology of education and development, this study attempts toaddress three objectives, viz. (i) explain the factors and processes of free education policy formulation by the government of South Sulawesi; (ii) identify the challenges facing the successful of free education policy, and (iii) assess the impactof this policy on students, parents and teachers. Principal theory used is related to the theory of public policy formulation, implementation and evaluation of policies. Both quantitative and qualitative approaches have been used as a method of study. This study selected three schools from three districts / cities, namely SMP 1 Sungguminasa in Gowa District, SMP 7 Makassar in the city of Makassar, and SMP 2 Maros in Maros District for case studies.The primary data were obtained through a questionnaire implemented on 135 students and 135 parents of the three schools; in-depth interviews of 18 key informants at the Provincial, District and school levels;and classroom observations. The secondary data were obtained through the review of policy documents, and laws and regulations on education; financial documents, and the review of the literature in the form of theories and concepts of education and development as well as previous studies on education policy and its implementation, particularly in Indonesia.The study revealedthat the free education policy proposed by the Governor of South Sulawesi after having assessed the real situation in society where there were still many children aged 7-12 years who were unable to enroll and complete nine years of basic schooling due to economic factors and limitations of school operational costs. This policy was implemented with the objective that it would reduce the dropout rate and ensure the success of the Policy Nine Year Compulsory Education through the government's commitment together with participation and cooperation of all stakeholders in the community.This includes the problem of budget sharing between the district/city government (60 %) with the provincial government (40 %) whereby some districtshave been unable to fulfill their financial obligation due to several constraining factors. In addition,the implementation of the free education policy also faced the problem of incomplete and inaccurate data base regarding the number of students and teachers; accuracy and completeness of the data base is essential to ensure that the budget allocation could be done in accordance with the actual figures at school level.Furthermore, not all stakeholders have been properly socialized regarding the free education policy, thus many still do not have a proper understanding of what such a policy entails. In terms of the policy’s impact on students, parents and teachers, this study found that the policy has succeeded in reducing the student dropout rates and the parents’ financial burden, while increasing students' performance in their studies and teachers’ motivation. This study is an important contribution to the corpus of knowledge about education and social development in developing countries,in particularon the role of public policy in the field of basic education to increase human capital. In addition,itis also useful in providing input to the government formulating various policies in the field of education at both the lower and higher level.,PhD |
Pages: | 272 |
Call Number: | LC191.8.I5K484 2014 tesis |
Publisher: | UKM, Bangi |
Appears in Collections: | Graduate School of Business / Pusat Pengajian Siswazah Perniagaan |
Files in This Item:
There are no files associated with this item.
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.